Pasar Kripto Berpotensi Menguat

Estimated read time 3 min read

Pasar kripto kembali menunjukkan optimisme setelah tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai mereda. Kedua negara menyepakati penurunan tarif sementara selama 90 hari, dengan total pemangkasan sebesar 115%.

AS memangkas tarif dari 145% menjadi 30%, sementara Tiongkok menurunkan bea masuk dari 125% menjadi 10%. Kesepakatan ini di umumkan dalam pernyataan bersama usai perundingan di Swiss.

Sentimen positif langsung menyebar ke pasar kripto dengan sebagian besar altcoin mengalami kenaikan impulsif. Senin, 12 Mei 2025, Bitcoin tercatat naik 8,27% sempat menyentuh level tertinggi dalam hampir empat bulan di kisaran USD 105.800. Sebelum terkoreksi tipis ke sekitar USD 102.827. Pasca Upgrade Pectra Ethereum melampaui kenaikan mingguan BTC, ETH tercatat melesat 35,86%. Dan sempat mencapai harga USD 2.600, sebelum akhirnya turun ke level USd 2.465 pada Selasa pagi, pukul 08:00 WIB.

Panji Yudha menuturkan, ketegangan yang mereda telah memberi ruang bagi aset kripto untuk reli dalam beberapa hari terakhir. Meski demikian, investor perlu tetap waspada aksi profit taking jangka pendek.

“Dari analisa teknikal, momentum bullish berpotensi berlanjut apabila BTC mampu bertahan di atas MA-20 (USD 97.645). Dan support psikologis USD 100.000,” ujar Panji dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (14/5/2025).

Ia mengatakan, meskipun minat terhadap produk ETF spot Bitcoin di Amerika Serikat menunjukkan sedikit pelemahan, akumulasi oleh institusi masih terus berlangsung. Sepanjang pekan lalu tepatnya pada 5–9 Mei 2025, total dana masuk ke ETF Bitcoin AS tercatat sebesar USD 599 juta.

Angka ini memang turun di banding pekan sebelumnya (USD 1,81 miliar), tetapi masih mencerminkan permintaan institusional yang stabil, terutama di tengah harga BTC yang tetap tinggi. Pada akhir April, aliran dana sempat melonjak hingga USD 3 miliar, menandakan potensi akumulasi belum sepenuhnya mereda.

 

Fokus Investor pada Pasar Kripto

“Pelemahan inflow saat ini berpotensi menjadi fase konsolidasi sebelum masuknya gelombang akumulasi berikutnya dari pelaku institusi,” kata Panji.

Fokus investor kini beralih ke rilis data inflasi Amerika Serikat, khususnya Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan April yang akan di umumkan pada 13 Mei.

Proyeksi saat ini menunjukkan penurunan tahunan ke 2,3%. Jika sesuai ekspektasi, hal ini dapat memperkuat pandangan bahwa inflasi AS tengah melandai, membuka peluang kebijakan suku bunga yang lebih longgar ke depan.

Sebelumnya, CPI Maret yang di rilis pada 10 April menunjukkan penurunan ke 2,4% dari 2,8% pada Februari, lebih rendah dari ekspektasi 2,5 persen. Jika data April kembali menunjukkan penurunan, ini akan menjadi kejutan positif ketiga secara berturut-turut.

Panji menuturkan, penurunan inflasi berpotensi menjadi katalis bagi Bitcoin untuk melanjutkan tren naik, terutama jika tidak ada gangguan baru dari sisi geopolitik atau kebijakan dagang.

“Namun, jika CPI justru naik di atas perkiraan, hal ini bisa memicu penguatan dolar dan tekanan jual pada aset berisiko termasuk kripto,” ujar dia.

 

Waspadai Gejolak Pasar

Meskipun sentimen pasar membaik, Federal Reserve tetap berhati-hati. Dalam pernyataan terakhirnya, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan penurunan suku bunga belum dapat di pastikan. Dan di perlukan waktu untuk mengevaluasi dampak ekonomi dari kebijakan tarif.

Meski demikian, faktor likuiditas tetap mendukung pasar. Departemen Keuangan AS terus menyuntikkan dolar ke dalam sistem keuangan. Sementara cadangan Bitcoin di bursa tercatat menyentuh level terendah dalam tujuh tahun terakhir.

Dengan di namika saat ini, pasar kripto berada dalam posisi yang relatif kuat untuk melanjutkan penguatan. Namun, ruang untuk volatilitas tetap terbuka, terutama menjelang rilis data inflasi dan perkembangan makro lainnya.

 

SUMBER: Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours