Aktivitas Matahari Meningkat ke Arah Bumi

Estimated read time 3 min read

Aktivitas matahari meningkat tajam pada beberapa hari lalu. Serangkaian letupan dari permukaan matahari atau yang di sebut sebagai semburan surya (solar flare). Mengirimkan semburan radiasi dan material superpanas ke luar angkasa termasuk bumi.

Di kutip dari laman Live Science pada Senin (19/05/2025), peningkatan aktivitas matahari ini di mulai pada 13 Mei 2025. Sebuah bintik matahari bernama AR4086 meletus dan menghasilkan semburan kelas X1.2, salah satu jenis semburan terkuat menurut klasifikasi.

Pada 14 Mei 2025, bintik matahari lain yang bernama AR4087 melepaskan rangkaian semburan yang lebih kuat lagi. Letupan-letupan ini memicu pemadaman gelombang radio di sisi bumi yang sedang disinari matahari saat itu.

Wilayah yang terdampak meliputi Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, Timur Tengah, hingga Asia Tenggara. Menurut Pusat Prediksi Cuaca Antariksa NOAA, semburan ini di kategorikan dari kelas A (terlemah) hingga X (terkuat). Dengan setiap huruf menunjukkan peningkatan energi sepuluh kali lipat.

Misalnya, semburan kelas X2.0 sepuluh kali lebih kuat dari kelas X0.2. Pada 2025, semburan X2.7 termasuk dalam kategori tinggi, walaupun masih kalah dahsyat di banding semburan X9 yang terjadi pada Oktober 2024.

Radiasi dari semburan surya, terutama sinar-X dan ultraviolet, sangat kuat sehingga dapat mengionisasi lapisan atmosfer bagian atas, terutama lapisan D ionosfer. Biasanya, gelombang radio jarak jauh memantul di ionosfer, namun saat terjadi semburan, lapisan ini malah menyerap sinyal.

Fenomena matahari ini menyebabkan pemadaman komunikasi yang mengganggu penerbangan, pelayaran, dan sistem navigasi GPS. Selain semburan radiasi, letupan besar seperti yang terjadi beberapa waktu juga dapat menyertakan pelontaran massa korona. Yaitu semburan partikel bermuatan dari permukaan matahari.

 

Aktivitas Matahari Perlu Waktu

Tidak seperti radiasi yang mencapai bumi dalam waktu delapan menit, CME memerlukan waktu antara satu hingga beberapa hari. Saat CME menghantam bumi, partikel-partikel tersebut berinteraksi dengan medan magnet planet kita, yang bisa memicu badai geomagnetik.

Dampaknya bisa berupa aurora (cahaya utara/selatan) yang menjangkau lintang rendah, gangguan listrik, hingga kerusakan pada satelit. Klasifikasi badai geomagnetik sendiri berkisar dari G1 (ringan) hingga G5 (ekstrem).

Menurut NOAA, badai G5 dapat menyebabkan aurora terlihat sampai Florida dan Texas, serta menyebabkan pemadaman total jaringan listrik di beberapa wilayah. Meski AR4087 menyemburkan CME yang cukup besar, posisinya saat itu masih di tepi timur laut matahari, sehingga semburan tidak mengarah langsung ke bumi.

Menurut model NASA, material tersebut justru mengarah ke Mars dan di perkirakan menghantam atmosfer planet merah itu pada 18 Mei 2025, mungkin menghasilkan aurora di sana.

Namun, karena bintik matahari AR4087 kini perlahan-lahan bergerak menghadap langsung ke bumi, para ilmuwan memperingatkan kemungkinan semburan berikutnya bisa berdampak langsung ke planet kita.

 

SUMBER: Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours