Harga Minyak Melambung Usai Trump Ancam Iran

Estimated read time 3 min read

Harga minyak mentah berjangka melonjak lebih dari 4% pada hari Selasa, setelah mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuntut penyerahan tanpa syarat dari Iran dan mengancam Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Di kutip dari CNBC, Rabu (18/6/2025), harga minyak untuk kontrak minyak mentah AS untuk pengiriman Juli naik USD 3,07 atau 4,28% menjadi di tutup di USD 74,84 per barel.

Sementara itu, patokan global Brent untuk pengiriman Agustus naik USD 3,22 atau 4,4% menjadi USD 76,45 per barel. Kenaikan harga berlanjut setelah penutupan perdagangan Selasa, dengan minyak mentah AS dan Brent naik hampir 5%.

Trump menyebut Khamenei sebagai “target yang mudah” dan memperingatkan bahwa kesabaran AS mulai habis. Dalam unggahan di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menuntut Iran menyerah tanpa syarat.

“Kami tahu persis di mana ‘Pemimpin Tertinggi’ itu bersembunyi,” kata Trump. “Dia adalah target yang mudah, tapi aman di sana – Kami tidak akan menghabisinya (membunuh!), setidaknya untuk saat ini. Tapi kami tidak ingin ada rudal yang di arahkan ke warga sipil atau tentara Amerika. Kesabaran kami mulai habis.”

Peningkatan Kesiapan Militer AS di Timur Tengah

Pada Selasa sore, Trump menggelar pertemuan dengan tim keamanan nasionalnya di Ruang Situasi Gedung Putih. Di saat yang sama, Pentagon memindahkan aset militer ke Timur Tengah untuk memperkuat posisi pertahanan AS dan memperluas opsi militer Trump.

Sebelumnya pada hari Senin, harga minyak mentah sempat turun setelah muncul laporan bahwa Iran menginginkan gencatan senjata dengan Israel. Namun harapan itu pupus seiring berlanjutnya konflik hingga hari kelima, dengan Trump mengambil sikap lebih keras terhadap Iran.

Trump bahkan meninggalkan pertemuan puncak G7 di Kanada lebih awal dan menyerukan evakuasi total dari ibu kota Iran, Teheran.

“Singkatnya, IRAN TIDAK BOLEH MEMILIKI SENJATA NUKLIR,” tulis Trump dalam unggahan media sosial. “Saya sudah katakan berkali-kali! Semua orang harus segera meninggalkan Teheran!”

Kepada wartawan di Air Force One, Trump mengatakan di rinya menginginkan “akhir yang nyata” atas konflik ini. Bukan hanya kesepakatan gencatan senjata. Ia juga menegaskan bahwa ia “tidak terlalu ingin bernegosiasi” dengan Iran dan tidak ada ancaman spesifik yang melatarbelakangi seruannya untuk evakuasi Teheran.

Dampak Masih Moderat

Sejauh ini, dampak konflik terhadap pasar minyak berjangka masih tergolong moderat, dengan harga naik sekitar 10% sejak Israel meluncurkan kampanye serangan udara terhadap program nuklir dan rudal balistik Iran pada hari Jumat sebelumnya.

Menurut Amos Hochstein, mantan penasihat energi senior Presiden Joe Biden, pasar tetap relatif tenang karena pasokan minyak global saat ini cukup stabil. OPEC+ sedang meningkatkan pasokan, dan produksi minyak AS berada di tingkat rekor.

Kekhawatiran awal bahwa Israel akan menyerang infrastruktur minyak Iran tidak sepenuhnya terjadi. Israel memang menargetkan fasilitas energi dalam negeri Iran, namun belum menyentuh fasilitas ekspor utama yang menyuplai pasar global.

Potensi Risiko Besar: Selat Hormuz dan Harga Minyak

Iran merupakan produsen minyak terbesar ketiga di OPEC, dengan ekspor sekitar 1,6 juta barel per hari, sebagian besar ke Tiongkok. Hochstein menyebut pasar saat ini mengabaikan risiko bahwa fasilitas ekspor Iran bisa menjadi target serangan Israel.

Skenario terburuk bagi pasar minyak adalah jika Iran mencoba memblokir Selat Hormuz, jalur sempit antara Iran dan Oman yang di lalui sekitar 20% pasokan minyak dunia. Menurut peringatan Goldman Sachs, jika itu terjadi, harga minyak bisa melonjak di atas $100 per barel.

Namun Hochstein menilai, Teheran kemungkinan akan berpikir dua kali sebelum mengambil langkah ekstrem tersebut karena bisa memicu keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam konflik.

 

SUMBER: Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours