Jakarta – Identifikasi Korban Air India Lewat Tes DNA Terkendala Suhu Ledakan yang Terlalu Tinggi, Proses identifikasi korban kecelakaan pesawat Air India
Penerbangan 171 masih menemui hambatan serius hingga akhir pekan ini. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi tim forensik adalah suhu ledakan yang ekstrem,
yang diperkirakan mencapai 1.500 derajat Celsius di lokasi jatuhnya pesawat.
Insiden tragis yang terjadi pada 12 Juni 2025 ini melibatkan sebuah pesawat Boeing 787-8 Dreamliner yang mengangkut sekitar 125.000 liter
bahan bakar untuk penerbangan jarak jauh dari Ahmedabad ke Bandara Gatwick, London. Ledakan hebat yang terjadi setelah pesawat
Air India AI171 jatuh menimbulkan kebakaran besar, menghancurkan tubuh para korban dan menghambat proses identifikasi.
BACA JUGA : 2 Kali Jadi Tempat Mendarat Darurat dalam Sepekan, Bandara Kualanamu Tetap Beroperasi Norma
Tantangan Identifikasi Lewat Tes DNA
“Suhu tinggi ini memengaruhi DNA yang ada di berbagai bagian tubuh,” kata H.P. Sanghvi, Direktur laboratorium forensik tempat sebagian besar sampel DNA korban di kirim. Proses ini sangat rumit.”
Kerusakan parah pada jenazah membuat pengambilan sampel DNA untuk identifikasi jenazah menjadi lebih sulit dari biasanya.
Dalam kondisi kebakaran ekstrem, struktur DNA dapat rusak hingga tidak dapat dikenali, bahkan dengan teknologi terkini sekalipun, di lansir The Straits Times.
Para pejabat kesehatan di Ahmedabad menyampaikan dalam sebuah pengarahan tertutup kepada delegasi yang berkunjung pada 14 Juni, bahwa suhu di lokasi kecelakaan k
emungkinan besar melebihi ambang batas untuk menjaga integritas jaringan tubuh manusia. Hal inilah yang kemudian menjadi hambatan utama dalam proses identifikasi para korban.
Baru 35 Jenazah yang Diserahkan
Hingga malam 15 Juni, baru 35 jenazah yang berhasil di identifikasi dan di serahkan kepada keluarga dari total 270 korban jiwa — baik yang berada di dalam pesawat maupun di darat.
Sementara itu, keluarga korban masih menunggu dengan penuh harap dan duka di luar kamar mayat, memasuki hari ketiga pascakecelakaan.
Beberapa jenazah pertama, termasuk delapan korban yang berada di lingkungan sekolah kedokteran tempat pesawat jatuh, berhasil di identifikasi lebih awal dan di serahkan pada 13 Juni.
Penyerahan jenazah lainnya baru mulai di lakukan pada malam 14 Juni, saat hasil tes DNA mulai menunjukkan hasil.
Di antara korban yang berhasil di identifikasi melalui tes DNA pada 15 Juni adalah Vijay Rupani, mantan pejabat tertinggi negara bagian Gujarat hingga tahun 2021.
Hal ini di konfirmasi oleh Harsh Sanghavi, Menteri Dalam Negeri Gujarat.
BACA JUGA : Sekolah Kedinasan 2025 Buka 3.252 Formasi
Jenazah Tak Boleh Di buka, Proses Pemakaman Di percepat
Kondisi jenazah yang rusak membuat pihak berwenang memberlakukan pengamanan ketat saat proses penyerahan.
Sejumlah anggota keluarga mengungkapkan bahwa mereka di beri tahu untuk tidak membuka peti mati, dan di minta segera melakukan prosesi kremasi atau pemakaman.
Langkah ini di ambil demi menjaga privasi dan kondisi emosional keluarga, serta untuk memastikan pemakaman berjalan sesuai protokol forensik dan kesehatan.
Hanya Satu Penumpang yang Selamat
Dari total 242 penumpang di pesawat, hanya satu orang yang berhasil selamat dari insiden nahas tersebut. Hal ini semakin menunjukkan betapa dahsyatnya dampak kecelakaan,
tidak hanya dari segi jumlah korban, tetapi juga kondisi fisik dan psikologis mereka yang terdampak.
BACA JUGA : Daerah di Jatim yang Menggelar Ritual Jamasan Keris 1 Suro
Harapan Keluarga dan Tantangan Tim Medis
Di tengah proses identifikasi yang lambat, keluarga korban terus menanti kabar tentang orang-orang terkasih mereka. Beberapa di antaranya bahkan
memilih bertahan di sekitar rumah sakit dan kamar jenazah, berharap bisa segera membawa pulang jenazah untuk di makamkan secara layak.
Sementara itu, tim medis dan forensik terus bekerja ekstra dalam situasi yang penuh tekanan. Mereka harus menyesuaikan metode identifikasi dengan kondisi jenazah yang sangat rusak akibat suhu tinggi.
“Ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga kesabaran, ketelitian, dan empati terhadap keluarga yang kehilangan,” ujar salah satu petugas medis yang tidak ingin di sebutkan namanya.
+ There are no comments
Add yours