Saham Bank BUMN Melemah

Estimated read time 3 min read

Harga Saham Bank besar pelat merah kembali melemah dalam sebulan terakhir, meski sempat menguat dari titik terendah pada akhir Maret 2025.

Hingga penutupan sesi I Jumat, 20 Juni 2025, saham BMRI tercatat turun 9,8%, BBRI turun 9,5%, dan BBNI terkoreksi 8,1%. Penurunan ini membuka peluang strategis bagi investor yang memburu pendapatan pasif lewat dividen.

Tim riset Stockbit Sekuritas menilai, level harga saham saat ini justru meningkatkan potensi dividend yield yang menarik bagi investor. Ketiga saham bank tersebut diproyeksikan mampu memberikan dividend yield minimum di atas 7%, bergantung pada skenario pertumbuhan laba dan dividend payout ratio (DPR). Proyeksi ini di susun dengan mempertimbangkan kondisi laba 2024 sebagai acuan dasar.

“Koreksi harga saham bank BUMN membuka peluang yield yang lebih atraktif bagi investor jangka menengah, apalagi bila DPR tetap tinggi meski tidak selevel tahun 2024,” ujar Investment Analyst Lead Stockbit, Edi Chandren dalam ulasannya, Sabtu (21/6/2025).

Simulasi Potensi Yield BMRI: Bisa Tembus 10,1%

Potensi dividend yield dari BMRI sangat bergantung pada kombinasi pertumbuhan laba dan DPR. Dengan asumsi pertumbuhan laba 0% dan DPR 70%—lebih tinggi dari level 2023 (60%) tetapi masih di bawah 2024 (78%)—maka dividend yield BMRI bisa mencapai 8,6%. Bahkan, jika laba tumbuh 5% dan DPR tetap di 78%, yield berpotensi menyentuh 10,1%.

Pada skenario konservatif, yakni laba turun 5% dan DPR turun ke 60%, dividend yield masih tetap sebesar 7,0%. Artinya, meskipun laba dan DPR melemah, yield tetap berada di atas batas menarik bagi investor dividen.

“Kombinasi antara valuasi saham yang sedang turun dan kebijakan dividen yang masih atraktif menjadikan BMRI opsi solid bagi pemburu yield,” ujar Edi.

Saham Bank BBRI Tetap Kompetitif, Yield Bisa Capai 9,5%

BBRI, dengan basis DPR 2024 di level 86%, memberikan potensi dividend yield yang sangat kompetitif. Dalam skenario moderat (pertumbuhan laba 0% dan DPR 80%), yield di perkirakan berada di angka 8,4%. Jika laba tumbuh 5% dan DPR kembali ke level 86%, yield dapat mencapai 9,5%.

Walau dalam simulasi pesimistis—laba menurun 5% dan DPR hanya 75%—dividend yield BBRI masih solid di angka 7,5%. Ini menjadikan BBRI salah satu saham yang konsisten memberikan pendapatan pasif menarik, meskipun di tengah tekanan laba jangka pendek.

“Dari sisi stabilitas dan konsistensi pembayaran dividen, BBRI layak mendapat perhatian. Potensi yield tetap tinggi bahkan dalam skenario pertumbuhan negatif,” tambah Edi.

BBNI: di Posisi Terendah, Yield Tertinggi Sejak 2020?

Meski memiliki DPR terendah di antara ketiganya, BBNI justru bisa memberikan yield tertinggi bila DPR dinaikkan. Dengan asumsi laba tumbuh 5% dan DPR naik ke 65% (level 2024), dividend yield BBNI bisa mencapai 9,6%.

Bahkan pada skenario konservatif (laba stagnan, DPR 60%), yield tetap menarik di kisaran 8,4%. Pada level DPR 50% seperti 2023, yield BBNI berada pada kisaran 6,7% hingga 7,4% tergantung pertumbuhan laba.

Kebutuhan dana untuk mendukung ekspansi dan pendanaan BPI Danantara bisa menjadi penekan DPR, namun bukan berarti menurunkan minat investor yang fokus pada dividen. “BBNI bisa jadi kejutan tahun ini. Bila DPR dinaikkan, yield-nya bisa menjadi yang tertinggi sejak pandemi,” jelas Edi.

 

SUMBER: Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours