Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Rusia siap investasi besar-besaran di sektor energi Indonesia. Investasi tersebut di fokuskan untuk pengelolaan sumur-sumur minyak tua hingga pasokan energi, dengan estimasi nilai mencapai lebih dari USD10 miliar.
Bahlil menyebutkan, pihaknya juga telah menerima delegasi investor Rusia yang menyampaikan minat mereka secara langsung. Bahkan, dalam waktu dekat tim dari Rusia akan tiba di Indonesia untuk memulai survei lokasi.
“Kemarin saya menerima juga beberapa investor Rusia. Saya mendampingi Pak Presiden Prabowo. Mereka datang, mereka menyampaikan minat mereka. Bahkan minggu ini di hari Kamis, Jumat, sudah ada tim dari Rusia yang datang ke Indonesia untuk memulai,” katanya.
Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti pembahasan sebelumnya. Presiden Prabowo sendiri memiliki jaringan yang kuat di kalangan pengusaha minyak, mengingat latar belakang beliau yang pernah berkecimpung di dunia usaha sebelum menjadi presiden. Salah satu jaringan terkuatnya berada di sektor energi.
Disis lain, Bahlil juga menjelaskan, investasi di sektor minyak dan gas (migas) berbeda dengan sektor tambang. Jika di sektor tambang nilai investasinya bisa langsung terlihat, maka di sektor migas di butuhkan kajian lebih lanjut untuk menentukan lokasi dan potensi sumur yang akan di kerjasamakan.
Rusia Siap Investasi dan Survei Di mulai di Sumatera, Natuna, hingga Jawa
Lebih lanjut, kata Bahlil, survei awal akan di fokuskan pada beberapa wilayah potensial, seperti Sumatera, Natuna, dan satu lokasi di Jawa. Namun, ia menegaskan bahwa di sektor minyak dan gas (migas), investasi baru bisa di rinci setelah lokasi sumur ditentukan secara teknis.
Adapun data dan informasi lokasi sumur telah di serahkan kepada tim Rusia, dan selanjutnya akan di tindaklanjuti saat kedatangan mereka ke Indonesia. Pemerintah berharap, kerja sama ini bisa memberikan solusi atas kebutuhan energi nasional yang masih tinggi.
“Timnya sudah kita serahkan datanya. Tapi pada saat mereka datang itu baru kita bisa menentukan berapa total investasinya dan di mana saja. (Yang akan di lakukan Survei) Di Sumatera, termasuk Natuna. Kemudian ada satu lagi di wilayah Jawa,” ujarnya.
Impor Minyak dan LPG Jadi Opsi Kerja Sama Lanjutan
Kata Bahlil, dalam kunjungannya ke Rusia beberapa waktu lalu, Presiden Prabowo Subianto juga membahas potensi kerja sama energi strategis lainnya. Salah satunya adalah opsi impor minyak mentah (crude) dari Rusia, serta penjajakan kerja sama pasokan gas, terutama LPG.
“Untuk LPG, kita memang 80% impor. Impor LPG kita, produksi kita di sini masih minim. Dari total kebutuhan kita 8 juta ton per tahun. Itu produksi kita hanya sekitar 1,3 juta. Jadi, impor kita itu masih kurang lebih sekitar 7 juta ton per tahun. Ini bisa salah satu alternatifnya dari sana,” ujarnya.
Ia menambahkan, Rusia merupakan negara dengan pengalaman panjang dalam pengelolaan sumur minyak serta memiliki teknologi canggih.
SUMBER: Liputan6.com
+ There are no comments
Add yours