Raksasa fesyen mewah Louis Vuitton mengonfirmasi serangan siber yang memengaruhi pelanggan mereka di beberapa negara. Pihaknya mengaku, serangan ini berasal dari insiden keamanan yang sama, yang di yakini terkait kelompok pemerasan ShinyHunters.
Peritel tersebut telah memberi tahu pelanggan bahwa data mereka terekspos dalam pelanggaran data pribadi, pertama di Korea Selatan. Kemudian di Turki, di susul Inggris. Notifikasi juga di kirimkan pada pelanggan di Italia, Swedia, serta Hong Kong.
“Meski semua langkah keamanan telah diterapkan, kami menyadari adanya pelanggaran akibat pencurian data pribadi beberapa klien kami. Setelah akses tidak sah ke sistem kami,” demikian bunyi notifikasi pelanggaran data Louis Vuitton yang di kirimkan pada pelanggan.
“Kami ingin meyakinkan Anda bahwa tim keamanan siber kami telah menangani insiden ini dengan sangat teliti dan penuh perhatian. Langkah-langkah teknis segera di ambil untuk mengatasi insiden tersebut setelah kejadian, terutama dengan memblokir akses tidak sah.”
Kata Louis Vuitton
“Tim Louis Vuitton di mobilisasi untuk bekerja sama dengan otoritas terkait yang telah di beri tahu. Termasuk Kantor Komisioner Informasi (ICO).” Dalam pernyataan pada publikasi itu, Louis Vuitton mengonfirmasi bahwa tidak ada informasi pembayaran yang di bobol dari basis data yang di akses selama insiden tersebut.
Perusahaan tersebut lebih lanjut menyatakan, mereka sedang bekerja sama dengan para ahli keamanan siber untuk menyelidiki insiden tersebut. Dan telah memberi tahu regulator terkait. Insiden ini menyusul pelanggaran serupa yang diungkap Tiffany & Co. pada April 2025 dan House of Dior pada Mei 2025, yang memengaruhi pelanggan di Korea Selatan.
Ketika outlet itu bertanya apakah pelanggaran Louis Vuitton dan Dior merupakan bagian dari serangan siber yang sama, seorang juru bicara LVMH mengatakan, tidak ada informasi tambahan yang dapat mereka bagikan saat ini. Jumlah pelanggan terdampak pun belum di ungkap secara keseluruhan. Perkiraan angkanya baru datang dari Hong Kong.
Meluncurkan Penyelidikan
Selain itu, di Hong Kong, badan pengawas privasi setempat telah meluncurkan penyelidikan setelah Louis Vuitton Hong Kong mengalami serangan siber yang membahayakan informasi pribadi sekitar 419 ribu pelanggan di wilayah tersebut, lapor SCMP.
Kantor Komisioner Privasi untuk Data Pribadi Hong Kong mengatakan bahwa Louis Vuitton Hong Kong telah memberi tahu pihaknya tentang pelanggaran tersebut. Menurut mereka, perusahaan tersebut menyebut, kantor pusatnya di Prancis awalnya mendeteksi aktivitas mencurigakan dalam sistem komputernya pada 13 Juni 2025.
Informasi awal menunjukkan bahwa pelanggaran tersebut mengekspos berbagai data pribadi milik ratusan ribu pelanggan Hong Kong, kata badan tersebut. Data yang di masksud, termasuk nama, nomor paspor, tanggal lahir, alamat, alamat email, nomor telepon, riwayat belanja, dan preferensi produk.
“Kantor Komisioner Privasi untuk Data Pribadi telah meluncurkan penyelidikan terhadap Louis Vuitton Hong Kong sesuai prosedur yang di tetapkan, termasuk apakah insiden tersebut melibatkan pemberitahuan yang tertunda,” kata badan pengawas tersebut.
SUMBER: Liputan6.com
+ There are no comments
Add yours