Pemerintah Kamboja melanjutkan operasi besar-besaran untuk membongkar dan menindak pusat-pusat penipuan online, dengan menangkap sedikitnya 500 tersangka di dua provinsi. Demikian menurut Menteri Informasi Kamboja Neth Pheaktra.
“Penangkapan di Provinsi Kandal dan di Provinsi Stung Treng membuat jumlah total yang telah di tahan sejak 27 Juni mencapai 2.137 orang,” kata Neth seperti di lansir AP.
Menurut pernyataan yang sama, mereka yang di tangkap dalam penggerebekan di 43 lokasi di seluruh negeri. Termasuk 429 warga Vietnam, 271 warga Indonesia, 589 warga China, 57 warga Korea, 70 warga Bangladesh, dan 42 warga Pakistan. Tersangka lainnya berasal dari Thailand, Laos, India, Nepal, Filipina, dan Myanmar.
PBB dan sejumlah lembaga lainnya memperkirakan bahwa penipuan online — sebagian besar berasal dari Asia Tenggara — menghasilkan miliaran dolar setiap tahun bagi geng kriminal internasional. Para pelaku kejahatan ini berpura-pura menjadi teman atau menawarkan peluang investasi palsu untuk menipu korban mereka di seluruh dunia.
Pernyataan Neth menyebutkan bahwa penumpasan yang dil akukan Kamboja masih berlangsung dan akan terus di jalankan sepenuhnya. Dengan mandat yang jelas dari pimpinan tertinggi untuk memberantas seluruh aktivitas kejahatan online — tanpa memandang lokasi atau afiliasi.
Neth menambahkan bahwa operasi ini di perkuat oleh sebuah arahan yang di keluarkan pada Senin oleh Perdana Menteri Hun Manet. Yang mengancam akan memindahkan atau memecat aparat negara di semua tingkatan apabila mereka gagal bertindak tegas terhadap penipuan online.
Janji Palsu bekerja di Kamboja
Laporan dari Komisaris Polisi Nasional yang di kutip oleh Neth mengungkapkan, penangkapan terbaru ini menyusul penahanan 2.418 orang lainnya dalam enam bulan pertama tahun ini yang terkait dengan 18 operasi penipuan di berbagai bagian negara.
Penangkapan-penangkapan tersebut menghasilkan 73 proses penuntutan dan deportasi terhadap 2.322 warga negara asing.
Para pekerja di pusat-pusat penipuan sering kali di rekrut dengan janji palsu dan kemudian di sekap untuk bekerja di bawah penjagaan ketat.
Para pencari kerja dari Asia dan wilayah lain dijebak dengan janji pekerjaan bergaji tinggi ke dalam kamp-kamp kerja seperti neraka. Yang di jalankan oleh geng-geng terorganisir, di mana mereka di paksa melakukan penipuan di bawah ancaman kekerasan yang sangat nyata. Sebut organisasi hak asasi manusia Amnesty International dalam laporan yang di rilis bulan lalu.
Laporan itu menyatakan bahwa temuan dari investigasi selama 18 bulan atas penipuan siber mengindikasikan adanya koordinasi. Dan kemungkinan kolusi antara para bos kompleks asal China dan polisi Kamboja, yang gagal menutup kompleks-kompleks tersebut meskipun telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia dalam jumlah besar di dalamnya. Banyak operasi penipuan online di jalankan oleh bos-bos kejahatan terorganisir yang berasal dari etnis Tionghoa. Mereka umumnya beroperasi di luar wilayah China, terutama di negara-negara dengan penegakan hukum yang lemah.
SUMBER: Liputan6.com
+ There are no comments
Add yours