Altcoin Menguat, Gelembung Spekulatif

Estimated read time 2 min read

Pasar Altcoin menunjukkan performa kuat setelah reli besar-besaran Bitcoin sepanjang Juli. Namun, lonjakan tajam dalam jumlah posisi terbuka (open interest) di berbagai aset kripto memunculkan kekhawatiran bahwa pasar mulai terlalu spekulatif.

Lonjakan seperti ini bisa memicu peningkatan volatilitas dalam waktu dekat.

Lonjakan ini membuat kapitalisasi pasar Bitcoin untuk pertama kalinya menembus USD 1 triliun atau lebih dari Rp 16.292 triliun.

Namun, dalam beberapa hari terakhir, momentum Bitcoin mulai melemah dan harganya turun sedikit di bawah rekor tertinggi tersebut.

Sementara itu, altcoin (sebutan untuk kripto selain Bitcoin) justru tampil lebih kuat, karena investor mulai memindahkan modal ke aset berisiko lebih tinggi.

Menurut laporan Glassnode, tanda-tanda awal musim altcoin (altseason) muncul sejak 7 Juli dan masih berlangsung hingga kini.

Ethereum memimpin tren ini, dengan kapitalisasi pasar altcoin naik sebesar USD 216 miliar atau sekitar Rp 3.516 triliun hanya dalam dua minggu—salah satu kenaikan terbesar yang pernah tercatat.

Kenaikan ini tidak di dorong oleh faktor fundamental khusus, melainkan oleh sentimen pasar secara keseluruhan. Hampir semua sektor altcoin naik bersamaan.

Leverage Tinggi Altcoin Jadi Sinyal Gelembung

Meski pasar altcoin terlihat bergairah, tren ini di barengi dengan kenaikan leverage yang cukup mengkhawatirkan. Open interest gabungan di pasar derivatif untuk Ethereum, Solana, XRP, dan Dogecoin melonjak dari USD 26 miliar menjadi USD 44 miliar hanya dalam bulan Juli.

Peningkatan leverage ini telah melewati ambang batas statistik selama 12 hari berturut-turut — periode terpanjang yang pernah tercatat. Ini menjadi indikasi bahwa gelembung spekulatif mungkin sedang terbentuk, dan pasar menjadi lebih rentan terhadap pergerakan harga ekstrem.

Leverage tinggi bisa memperbesar keuntungan, namun juga memperparah kerugian, sehingga membuat kondisi pasar menjadi lebih rapuh dan mudah berbalik arah.

Glassnode juga mencatat bahwa total biaya pendanaan (funding rate) yang di bayarkan oleh trader posisi long di kontrak berjangka altcoin kini mencapai USD 32,9 juta per bulan (sekitar Rp 536 miliar).

Angka ini mendekati level saat Bitcoin mencapai puncaknya pada Maret 2024. Meski masih di bawah euforia tertinggi saat Bitcoin menembus USD 100.000 akhir 2024.

Aliran Modal Beralih ke Ethereum

Pergeseran besar juga terlihat dalam data derivatif. Dominasi open interest Ethereum naik menjadi 38%, sementara Bitcoin turun ke 62%. Ini menunjukkan banyak trader mulai fokus ke Ethereum.

Bahkan, dominasi Ethereum dalam open interest sekarang berada di level tertinggi sejak April 2023, hanya tertandingi oleh 5% hari perdagangan lainnya.

Untuk pertama kalinya sejak krisis pasar kripto di 2022, volume transaksi perpetual Ethereum melampaui Bitcoin, menunjukkan minat yang sangat tinggi terhadap ETH.

 

SUMBER: Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours