Pertamina Replikasi Proyek Avtur – Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Pertamina Patra Niaga tengah mengembangkan proyek Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) atau avtur berbahan minyak jelantah.
Proyek USAF itu pun telah di kembangkan di Kilang Cilacap dan selanjutnya akan ekspansi ke Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Langkah tersebut menjadi strategi guna menuju pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman mengungkapkan, proyek USAF di perkuat dengan Peraturan Menteri ESDM nomor 4 Tahun 2025 serta selaras dengan roadmap dari Kemenko Marves yang mendorong implementasi SAF lebih cepat dari rencana awal, yaitu dari tahun 2027 menjadi 2026.
“Melalui project ini, KPI akan mengolah minyak jelantah menjadi avtur, kemudian Patra Niaga akan membuka peluang bisnisnya agar USAF dapat di gunakan secara luas dan komersil,” ungkapnya.
“Project USAF ini adalah bukti nyata bahwa kami berkomitmen untuk tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga mengembangkan portofolio energi rendah karbon yang berkelanjutan,” imbuh Taufik.
Di mulai Sejak 2020 Lalu

Taufik membeberkan, jejak pengembangan SAF di Pertamina, khususnya KPI, di mulai sejak 2020. Ia menyebut, saat itu, KPI melalui Kilang Cilacap berhasil memproduksi Bioavtur J2.4 dari Palm Kernel Oil.
“Setahun kemudian, produk tersebut di gunakan dalam penerbangan uji coba dengan pesawat CN-235. Kemudian di lanjutkan pada 2023 dengan penerbangan komersial Garuda Indonesia rute Jakarta–Solo,” bebernya.
“Dua uji coba tersebut membuktikan bahwa bahan bakar aviasi berbasis nabati bukan lagi konsep, tetapi realitas,” jelas Taufik.
Di sisi lain, dirinya mengatakan, project USAF tak hanya sekadar memproduksi bahan bakar berkelanjutan. Tapi juga bagian dari blueprint besar circular SAF ecosystem yang membentuk rantai pasok yang kuat bersama pelaku pengumpulan UCO, transporter. Serta off-taker seperti maskapai dan BUMN Aviasi.
“Dan pada tahun 2028, kami berharap dapat menyaksikan startup Green Refinery Project di Cilacap, dengan kapasitas 6 MBSD, mengolah feedstock dari UCO, POME, dan lainnya. Ini akan menjadikan Pertamina sebagai pelopor energi hijau,” kata Taufik.
Pertamina Replikasi Proyek Avtur, Kolaborasi Bersejarah

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra mengatakan, upaya KPI dan pihaknya dalam mengembangkan USAF merupakan sebuah kolaborasi bersejarah bagi Pertamina dan Indonesia.
Ega mengungkapkan, untuk mendukung realisasi Project USAF, Pertamina Patra Niaga telah menyiapkan alat untuk mengumpulkan Used Cooking Oil (UCO) di 10 SPBU yang tersebar di Jakarta.
“Dengan alat itu pula, Pertamina Patra Niaga menggandeng masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan USAF. Karena masyarakat sangat antusias untuk memberikan minyak jelantah yang mereka miliki, sebagai bahan baku utama pembuatan USAF,” ungkapnya.
“Alat ini masih dalam skala piloting. Tapi sampai hari ini sudah tercatat sedikitnya 6.042 orang yang secara sukarela menyetorkan UCO di alat-alat yang tersebar di sepuluh SPBU di Jakarta,” jelas Ega.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero). Dan Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan bahwa project USAF jadi jawaban dari tantangan global untuk menjamin ketahanan energi, keterjangkauan harga bagi masyarakat. Dan keberlanjutan lingkungan secara bersamaan.
Namun Simon mengingatkan agar project ini tidak hanya berakhir di seremoni penandatanganan komitmen. Ia menyatakan, pengembangan USAF yang telah di lakukan Pertamina sejak beberapa waktu lalu, harus terwujud dan memberikan manfaat bagi banyak pihak.
“Ini adalah prestasi yang sudah di ukir Pertamina, kita harus wujudkan sampai terimplementasi dengan baik. Kita juga harus saling berkolaborasi satu sama lain. Agar Pertamina terus menjadi yang terdepan dalam menyediakan energi yang baik bagi negeri ini,” ujarnya.
Bangun Ekosistem Pengolahan Energi
Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan mengatakan, transisi energi bukan lagi sebuah pilihan, namun sudah menjadi keniscayaan strategis. Ia menyambut baik proyek Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) atau Avtur berbahan minyak jelantah.
“SAF tidak bisa di lihat sebagai proyek semata. Melainkan sebuah misi besar membangun ekosistem pengolahan energi baru yang ramah lingkungan,” katanya.
Iriawan pun meminta Pertamina Group membangun kolaborasi internal yang melibatkan seluruh subholding.
“Kolaborasi itu lalu di perluas dengan menggandeng sektor lainnya. Seperti pemerintah, maskapai penerbangan, lembaga riset dan penyedia feedstock hingga mitra internasional,” ujarnya.
“SAF harus menjadi solusi yang berkelanjutan secara menyeluruh dan pastikan Pertamina Group menjadi pemimpin utama di bisnis SAF. Dan baik sebagai produsen utama maupun market leader dalam pasar domestik dan global. Proyek ini harus di implementasikan secara terarah dan konsisten sesuai target yang telah di tetapkan,” jelas Iriawan.
Sumber : Liputan 6
+ There are no comments
Add yours