Faktor Dolar AS Melemah karena DPR AS yang saat ini di kuasai Partai Republik, resmi meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak dan belanja yang di ajukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
RUU tersebut mengusung agenda populis dengan janji pemotongan pajak bagi individu dan korporasi, peningkatan anggaran militer, serta pengetatan pengawasan perbatasan. Di sisi lain, RUU pajak juga akan menghapus berbagai insentif energi bersih yang di gagas di era Presiden Joe Biden.
Setelah mendapat persetujuan DPR, RUU ini akan di bahas di Senat AS yang juga didominasi oleh Partai Republik. Besar kemungkinan RUU ini akan di sahkan menjadi undang-undang dalam waktu dekat, mengingat keselarasan antara kedua lembaga legislatif tersebut.
Namun, pengesahan ini tidak datang tanpa konsekuensi ekonomi yang signifikan. Beban fiskal dari kebijakan ini cukup besar. Dalam proyeksi jangka panjang. RUU ini di perkirakan akan menambah utang pemerintah AS sekitar USD 3,8 triliun dalam satu dekade ke depan.
“RUU tersebut akan menambah utang pemerintah AS sebesar ~3,8 triliun dolar AS dalam 1 dekade ke depan, yang menambah kekhawatiran investor akan tingkat solvency AS,” tulis riset Stockbit Sekuritas.
Pasar keuangan global mulai bereaksi negatif terhadap meningkatnya kekhawatiran atas beban utang pemerintah AS. Lembaga pemeringkat Moody’s pekan lalu menurunkan rating kredit pemerintah AS dari Aaa ke Aa1, menjadikan ini penurunan pertama dari Moody’s sejak 1917. Sebelumnya, Fitch dan Standard & Poor’s juga telah menurunkan peringkat utang AS pada 2023 dan 2021.
Dolar AS Melemah
Kondisi ini langsung tercermin pada indeks dolar AS (DXY), yang pada perdagangan Jumat, 23 Mei 2025 turun -0,6% ke level 99,36.
Sejak awal tahun, DXY telah terkoreksi -8,4% secara year-to-date (YTD), mencerminkan pelemahan dolar yang cukup dalam. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun tercatat flat di level 4,528%, menunjukkan kekhawatiran investor terhadap prospek fiskal jangka panjang.
Sementara itu dari dalam negeri, rupiah justru menguat 0,67% terhadap dolar AS ke level 16.217. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun naik 0,66% ke 7.214,16. Di dukung oleh masuknya aliran dana asing sebesar Rp 589 miliar.
“Tren pelemahan dolar AS di proyeksikan dapat mendorong penguatan nilai tukar rupiah bahkan ke level di bawah 16.000 pada 4Q25,” jelas riset tersebut.
SUMBER: Liputan6.com
+ There are no comments
Add yours