Kredit Turun 11% – Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) mengumumkan kinerja kuartal I 2025. Pada periode tersebut, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp 645 miliar, di dukung oleh peningkatan Pendapatan Bunga Bersih secara year-on-year sebesar 11% dan rasio low cost fund yang stabil di 74%.
Citi Indonesia juga mencatatkan Return on Equity (ROE) sebesar 13,3% dan Return on Assets (ROA) sebesar 3,5%. Selain itu, terjadi perbaikan dalam kualitas aset, di tandai dengan penurunan rasio gross Non Performing Loan (gross NPL) menjadi 0,2% dari sebelumnya 3,4%.
Rasio Liquidity Coverage (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) tetap kuat, masing-masing sebesar 340% dan 159%, jauh di atas ketentuan minimum.
Penyediaan Modal
Sementara itu, rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) di laporkan sebesar 43,2%, meningkat dari 39,6% pada tahun sebelumnya.
“Meninjau kembali kinerja Citi Indonesia pada triwulan pertama tahun 2025, Citi Indonesia terus menunjukkan kinerja yang positif melalui peningkatan Pendapatan Bunga Bersih secara year-on-year sebesar 11% dan rasio low cost fund yang stabil di 74%, di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ujar CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, di tulis Selasa (27/5/2025).
Kredit Turun 11% , Pertumbuhan Kredit

Pada kuartal pertama 2025, Citi Indonesia mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 2% di bandingkan Desember 2024, meskipun terdapat penurunan sekitar 11% jika di bandingkan secara tahunan. Menurut CEO Citi Indonesia Batara Sianturi, sejumlah sektor menunjukkan pertumbuhan positif, termasuk manufacturing, agribisnis, pertambangan, perdagangan, serta transportasi dan komunikasi.
Namun demikian, terjadi perlambatan pada sektor keuangan dan sebagian komunikasi, yang turut menekan angka pertumbuhan secara keseluruhan. Citi tetap optimistis akan terjadi pemulihan kredit pada kuartal-kuartal berikutnya, terutama bila terdapat kejelasan terkait kebijakan tarif.
Batara juga menyoroti dampak ketidakpastian tarif global terhadap keputusan bisnis para klien. Ia mencatat bahwa penurunan tarif oleh Amerika Serikat terhadap China menunjukkan adanya fleksibilitas dalam kebijakan tarif dan negosiasi, yang dapat menjadi sinyal positif untuk pertumbuhan selanjutnya.
Citi memperkirakan bahwa dalam beberapa bulan ke depan, tarif resiprokal global akan cenderung turun menuju baseline universal sebesar 10%. Namun demikian, tarif sektoral seperti pada semikonduktor, logam dasar, dan produk farmasi kemungkinan akan tetap tinggi karena dorongan pemerintah AS untuk memulangkan manufaktur sektor-sektor tersebut ke dalam negeri.
“Kalau ada clarity dari tarif situation, mungkin akan menjadi pick-up untuk di kuartal dua, tiga, dan empat,” ujar Batara.
Kredit Turun 11%, Dukungan Jaringan Global Perkuat Posisi Strategis Citi

Batara Sianturi menekankan bahwa jaringan internasional Citi menjadi keunggulan kompetitif yang memperkuat posisi strategis bank untuk mendukung klien lintas negara. Hal ini sangat relevan di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian.
Citi berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan keuangan klien serta ketahanan sektor perbankan Indonesia melalui inisiatif strategis dan layanan keuangan komprehensif. Konektivitas bisnis Citi di Indonesia memainkan peran penting dalam memberikan solusi kepada para nasabah.
Pendekatan ini menempatkan Citi sebagai mitra terpercaya di masa transisi ekonomi global, dengan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap tatanan dunia baru yang terus berubah.
“Kami akan terus mendukung pertumbuhan keuangan klien kami dan ketahanan sektor perbankan di Indonesia melalui inisiatif strategis dan komitmen kami untuk menyediakan layanan dan solusi keuangan yang komprehensif,” tambah Batara.
Pertumbuhan Positif di Lini Bisnis Banking dan Treasury

Di lini bisnis Banking, Citi terus memberikan layanan dan solusi keuangan bagi perusahaan lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik. Pada triwulan pertama 2025, bisnis Banking mencatat pertumbuhan pendapatan yang baik meskipun kondisi eksternal menantang.
Untuk bisnis Treasury and Trade Solutions (TTS), Citi mencatat pertumbuhan positif di bandingkan tahun sebelumnya. Hal ini di topang oleh peningkatan saldo CASA sebesar 14% dan kenaikan pemakaian kartu komersial sebesar 7%.
TTS juga berhasil menyelesaikan migrasi otorisasi dari offline ke online untuk platform CitiDirect®, sebagai bagian dari transformasi digital yang lebih luas untuk menciptakan pengalaman perbankan digital terbaik bagi klien.
“Kami menyederhanakan inisiasi pembayaran; meningkatkan manajemen pembayaran dan laporan; serta memberikan akses informasi. Dan pengelolaan likuiditas mandiri bagi klien kami,” ungkap Batara.
Kontribusi Aktif di Investor Services dan Kepemimpinan di Pasar FX

Bisnis Investor Services Citi Indonesia terus berperan aktif dalam pengembangan pasar modal di Indonesia. Selain itu, Citi juga mendukung inisiatif di gitalisasi dari regulator guna mendorong efisiensi dan transparansi.
Di bisnis Markets, Citi mempertahankan posisi sebagai pemimpin di pasar valuta asing (FX) dan pendapatan tetap. Citi menjadi penyedia FX terdepan bagi klien korporasi dan institusi, berkat ekosistem layanan yang terintegrasi.
Melalui pemanfaatan teknologi seperti CitiFX Gateway/SFTP, CitiFX Pulse, CitiDirect, dan CitiConnect. Selain itu Citi mampu memberikan layanan FX dan pembayaran yang otomatis dan terintegrasi dengan sistem klien. Dan menjamin eksekusi yang efisien dalam kondisi pasar yang di namis.
“Kami menawarkan layanan FX dan pembayaran yang sepenuhnya otomatis dan terintegrasi. Dan memastikan efisiensi dan kecepatan di tengah kondisi pasar yang terus berkembang,” tutup Batara.
Sumber : Liputan6
+ There are no comments
Add yours