Paniki, Kuliner Ekstrem Kelelawar Khas Minahasa

Estimated read time 2 min read

Kuliner Ekstrem Kelelawar – Di tengah beragam kuliner nusantara, Sulawesi Utara memiliki hidangan yang mungkin terdengar tidak biasa bagi sebagian orang.

Paniki, hidangan berbahan dasar kelelawar, telah menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Minahasa selama berabad-abad.

Mengutip dari berbagai sumber, paniki merupakan olahan daging kelelawar yang dimasak dengan bumbu khas Manado.

Sebelum diolah, kelelawar terlebih dahulu dibakar untuk menghilangkan bulu-bulu halusnya.

Kemudian kelelawar dimasak dengan bumbu yang dicampur santan.

Jenis kelelawar yang biasa dikonsumsi adalah kelelawar pemakan buah dengan ukuran tubuh yang relatif besar.

 

Baca Juga: Jadwal Athletic Bilbao Vs Manchester United: Live Streaming, Siaran Langsung TV & Cara Menonton

 

Kuliner Ekstrem Kelelawar

Hidangan ini menjadi identitas budaya yang dibanggakan. Perpaduan bumbu rempah tradisional khas Sulawesi Utara dengan daging kelelawar

Menciptakan cita rasa unik yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pencinta kuliner petualang.

Di balik keunikannya, masyarakat setempat meyakini bahwa daging kelelawar memiliki berbagai khasiat kesehatan.

Kepercayaan yang berkembang di masyarakat menyebutkan bahwa mengonsumsi daging kelelawar dapat membantu mengatasi masalah kulit akibat alergi.

 

Baca Juga: Perang Dagang Masih Panas, Harga Bitcoin Bakal Makin Melejit

 

Penyakit Asma

Selain itu, terdapat kepercayaan bahwa daging kelelawar dapat membantu mengatasi penyakit asma dan sesak napas.

Para peneliti mengaitkan hal ini dengan kandungan senyawa dalam daging kelelawar

yang disebut-sebut mirip dengan komponen obat asma di dunia medis.

Keberadaan kuliner ekstrem seperti paniki bukanlah hal yang tidak lazim di berbagai belahan dunia.

Di beberapa negara Asia seperti Korea, Tiongkok, dan Vietnam, terdapat masyarakat yang mengonsumsi daging anjing dan kucing

 

Baca Juga: Pramono: Pegawai Pemprov Jakarta Tak Gunakan Transportasi Umum, Bakal Kesulitan Sendiri

 

Meski praktik ini semakin kontroversial dan bahkan dilarang di banyak tempat.

Warga di negara-negara Eropa dan Asia mengolah daging kuda menjadi steak atau hidangan panggang.

Masyarakat Thailand biasa mengonsumsi serangga seperti belalang sebagai camilan kaya protein.

Orang Minahasa biasanya menyajikan paniki saat acara adat atau perayaan penting.

Penduduk lokal yang terbiasa mengolah paniki sejak lama biasanya memproses hidangan ini.

Wisatawan kuliner kini mulai mengenal paniki sebagai bagian dari kekayaan kuliner Sulawesi Utara.

Beberapa rumah makan tradisional di Manado menyajikan hidangan ini bagi pengunjung yang ingin mencoba pengalaman kuliner yang berbeda.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

 

Credit: Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours