Harga Bitcoin kembali menunjukkan kekuatannya dengan menembus angka sekitar USD 93.000 atau sekitar Rp1,56 miliar di pekan ini. Kenaikan harga Bitcoini ini karena aksi borong sejumlah institusi. Kenaikan harga Bitcoin ini menjadi salah satu yang paling ditunggu sejak bulan lalu.
Seperti di ketahui, MicroStrategy (Strategy) baru saja memborong 6.556 BTC senilai USD 555,8 juta. Transaksi ini menambah total kepemilikan Bitcoin perusahaan menjadi 538.200 BTC, menjadikannya perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbesar di dunia.
Lonjakan harga Bitcoin bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan buah dari adopsi jangka panjang dan kepercayaan publik terhadap aset digital yang semakin besar.
Kembalinya investor institusi menandakan bahwa pasar mulai mengalami rotasi dari aset tradisional menuju aset digital. Sentimen ini di perkuat dengan melemahnya pasar saham akibat ketegangan geopolitik, terutama ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Ketua The Fed, Jerome Powell.
CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan, lonjakan harga Bitcoin bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan buah dari adopsi jangka panjang dan kepercayaan publik terhadap aset digital yang semakin besar.
“Bitcoin sedang mengalami validasi ulang sebagai aset safe haven. Ketika dunia di hantui inflasi, gejolak geopolitik, dan ketidakpastian suku bunga, justru BTC memperlihatkan ketahanannya. Ini bukan hanya tren, ini pergeseran paradigma,” ujar Oscar dalam keterangan tertulis, Jumat (24/4/2025).
Oscar juga menyoroti bahwa lonjakan harga Bitcoin kali ini tidak di dominasi oleh spekulasi ritel semata. Data menunjukkan bahwa investor besar dan institusi menjadi pendorong utama kenaikan harga, yang berarti adopsi Bitcoin sudah memasuki fase kedewasaan baru.
Gerak Altcoin
Selain itu, ia menambahkan bahwa pergerakan altcoin juga memperlihatkan tren positif meski tidak setinggi Bitcoin. Ethereum naik 13% dalam sepekan terakhir menjadi sekitar USD 1.790, Solana melonjak 4,2% di angka sekitar USD 151, dan Polygon bahkan naik hingga 10% di angka sekitar USD 4,08.
Menurut Oscar, lonjakan harga ini menjadi sinyal kuat bagi investor ritel di Indonesia untuk tidak tergesa-gesa mengambil keuntungan jangka pendek. Ia mengimbau agar masyarakat mulai membangun strategi investasi jangka panjang yang berlandaskan kesabaran dan kepercayaan terhadap fundamental Bitcoin.
“Jangan tergoda untuk panic selling saat harga naik. Justru sekarang adalah saat untuk mempertahankan aset. Sejarah menunjukkan bahwa mereka yang ‘diamond hand’—yang sabar dan tidak mudah tergoda—adalah yang meraih keuntungan terbesar,” tegas Oscar.
Ia juga mengingatkan bahwa proyeksi jangka panjang Bitcoin sangat menjanjikan. Standard Chartered masih mempertahankan prediksi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai USD 200.000 atau sekitar Rp 3,37 miliar) pada akhir 2025. Bahkan, tokoh finansial global Robert Kiyosaki memprediksi BTC bisa melampaui USD 350.000 atau Rp5,9 miliar pada tahun yang sama.
SUMBER: LIPUTAN6.COM
+ There are no comments
Add yours