HEADLINE: PDIP Sebut Mahfud Md dan Khofifah Layak Jadi Cawapres Ganjar, Prediksinya?

Estimated read time 4 min read

Mahfud Md dan Khofifah – ua pekan jelang pendaftaran capres cawapres pada 19 Oktober 2024, PDIP mulai sedikit menyibak tabir sosok cawapres pendamping Ganjar Pranowo. Meski disebut belum mengerucut, ada dua nama yang digadang-gadang sebagai calon terkuat.

“Saya kira figur seperti Pak Mahfud Md dan Ibu Khofifah termasuk figur yang layak sebagai cawapres,” ujar Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah, Rabu 4 Oktober 2023.

Menurut Said, mereka memiliki rekam jejak yang unggul untuk mendampingi Ganjar di Pilpres 2024. Elektabilitas Mahfud dan Khofifah pun tergolong cukup baik.

Langkah PDIP menjaring cawapres dari kalangan NU dinilai memang sudah menjadi kebutuhan. Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago berpandangan, kelompok NU ini dianggapnya dapat menambal suara Ganjar yang tidak terakomodir di Jawa Timur.

 

Mahfud Md dan Khofifah

“Kalau kita membaca dari kepentingan dan kebutuhan PDIP itu dari dulu memang begitu, bahwa PDIP lebih dekat dengan NU, dan salah satunya Khofifah maupun Mahfud Md adalah NU,” kata Arifki kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).

 

Baca Juga :Megawati Tugaskan Puan Maharani Temui Kaesang Pangarep

 

Dia menilai sosok Mahfud, selain dari NU juga mengakomodir beberapa isu yang tidak didapati oleh Ganjar. Misalnya di Jawa Timur dan juga Madura.

“Beberapa kelompok yang memang hari ini siklusnya tidak menguntungkan bagi Ganjar, makanya pilihan kepada Khofifah dan Mahfud Md salah satu peluang cukup besar, karena dua variabel ini, variabel NU dan variabel wilayah. Makanya dua nama ini masuk nominasi yang cukup penting,” terang dia.

Namun menurutnya, ada hal yang menarik terkait munculnya nama Mahfud dan Khofifah ini. Arifki menilai, dua figur ini meskipun kuat secara elektabilitas tapi juga tidak memiliki keterikatan yang kuat dengan partai politik.

“Makanya bagi PDIP, memilih figur ini tidak terlalu berisiko dibandingkan memilih figur lain seperti Sandiaga Uno, karena Sandiaga berpotensi akan menjadi saingan Ganjar di 2029, tapi kalau Khofifah ataupun Mahfud, ruang-ruang itu akan sempit bagi dua figur ini untuk bertarung,” jela dia.

Menurut Arifki, dua nama tersebut cukup populer dibanding nama lain. Namun demikian, ia memandang Mahfud memiliki peluang lebih besar ketimbang Khofifah Indar Parawansa untuk menjadi cawapres pendamping Ganjar Pranowo.

“Saya membaca (peluangnya) lebih ke Mahfud, karena memang ada peluang Prabowo dan Khofifah. Artinya ini kan perhitungan politik yang akan diambil PDIP. Paling tidak Mahfud cukup populer hari ini sebagai cawapres, paling tidak secara umur juga tidak maju dalam pemilihan 2029, makanya pertimbangannya itu akan dilancarkan PDIP,” ucap dia.

 

 

Yang kedua, Arifki menambahkan, Mahfud juga tidak terlalu bermanuver sehingga namanya cenderung muncul disandingkan dengan Ganjar. Sementara Khofifah juga pernah muncul di kubu Anies dan Prabowo.

“Karena dia (Mahfud) cukup tertib, tidak terlalu banyak omong soal apakah dia akan jadi cawapresnya Ganjar. Kalau menurut saya kan gagalnya Ridwan Kamil bukan soal dia diperhitungkan tapi dia terlalu cepat ngomong di media, (dia bilang) breaking news, artinya ini yang membuat narasinya berubah. Makanya perhitungan ini akan menguntungkan Mahfud,” jelas dia.

Bila koalisi pengusung Ganjar Pranowo menjatuhkan pilihannya kepada Mahfud Md, akan ada dua tokoh NU yang masuk dalam gelanggang Pilpres sebagai cawapres. Mereka ialah Muhaimin Iskandar sebagai cawapres dari Anies Baswedan dan Mahfud Md yang menjadi pendamping Ganjar Pranowo.

Hal ini tentunya akan membuat suara grass root warga NU menjadi terpecah. Menurut dia, meski NU secara organiasi memiliki umat yang besar, namun secara pilihan politik elitenya berbeda.

 

Baca Juga : 2 Kurir 64 Kilogram Sabu di Pekanbaru Nekat Rebut Senjata Api Polisi

 

“Ketika PBNU memiliki pilihan politiknya sendiri, tapi kiai-kiainya beda-beda juga pilihannya. Nggak bisa diatur oleh PBNU, masing-masing kiai itu punya pesantren, dan mereka punya umat, basis santri dan dia punya pengaruh sendiri. Artinya tidak bisa juga ketika PBNU mendukung calon si A, maka secara keseluruhan mendukung capres tersebut, nggak juga,” ucap Arifki.

Faktor tidak bersatunya suara warga NU dalam satu pilihan lantaran adanya keberpihakan elite yang berpengaruh kepada masyarakat bawah. Hal itu tercermin usai Cak Imin memutuskan menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan. Tak lama setelahnya, putri Gus Dur, Yenny Wahid langsung berkunjung ke kediaman Prabowo Subianto.

“Artinya kelompok Gus Dur tidak mungkin mendukung Anies, karena berseberangan secara politik kemungkinan akan memilih figur lain, Prabowo atau Ganjar. Makanya secara garis politik pun juga berbeda, apalagi dengan pilihan politik yang para santri di bawah,” ucapnya.

“Kiai-kiai ini lebih menentukan dibanding elite politik. Artinya dengan jumlah massa NU yang besar ini juga akan terkooptasi ke beberapa petinggi yang menentukan arah politik, tidak bisa diarahkan NU tegak lurus, pasti akan beragam,” dia menandaskan.

 

Credit : Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

1 Comment

Add yours

+ Leave a Comment