Anak dengan Bibir Sumbing Perlu Operasi dan Terapi Sejak Dini, Ini Penjelasan Dokter

beritapatriot – Penanganan dini terhadap anak dengan kelainan bibir sumbing dan celah langit-langit dinilai sangat penting guna mencegah gangguan yang lebih luas, tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga psikis dan perkembangan sosial anak.

Kolaborasi antara berbagai bidang medis seperti spesialis THT, bedah plastik, dan dokter gigi mulut menjadi kunci penting dalam memberikan hasil optimal bagi masa depan anak.

baca juga : Diserang Buzzer Dibilang Anak Broken Home, Verrell Bramasta Tunjukkan Prestasi Cemerlang

Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala dan Leher Dr. dr. Trimartani, Subsp.FPR(K), MARS menegaskan bahwa kelainan celah bibir maupun langit-langit yang tidak ditangani sejak dini dapat menimbulkan dampak signifikan terhadap kondisi psikologis anak.

“Satu tentunya estetik ya. Anak dengan bibir sumbing apalagi sudah mulai masuk playgroup, TK, itu dia jadi (merasa) lain sendiri kan.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa kelainan langit-langit mulut atau celah palatum dapat menimbulkan berbagai komplikasi medis seperti infeksi telinga, batuk, dan pilek berulang.

“Kadang-kadang sampai congek-an. Itu konsekuensinya menjadi panjang,” katanya.

Anak dengan celah langit-langit biasanya tidak dapat mengunyah makanan secara halus dan cenderung menelannya dalam bentuk kasar.

“Penyerapan nutrisi makanan yang tidak maksimal akibat gangguan mengunyah makanan ini mampu menyebabkan pertumbuhan tubuh anak menjadi terlambat,” jelasnya.

Lebih jauh, Dr. Trimartani menyoroti bahwa masa usia emas anak antara 0-5 tahun sangat krusial untuk perkembangan bicara.

Celah pada bibir dan langit-langit dapat mengganggu kemampuan anak dalam mengucapkan kata-kata dengan benar.

“Kelainan bibir sumbing dan celah langit dapat menghambat perkembangan bicara anak karena mengucapkan kata secara kurang tepat,” katanya.

Namun demikian, ia menekankan bahwa orang tua tidak perlu khawatir.

baca juga : BFI Finance Tebar Dividen Rp 481,26 Miliar

“Jadi jangan khawatir. Apalagi kalau ada di tangan yang sudah kompeten akan mempunyai penanganan yang komprehensif,” ujarnya menegaskan.

“Pasalnya, jika kurang dari itu ada tantangan tersendiri dalam melakukan prosedur bedah seperti proses bius dan perawatan usai operasi,” ujar Trimartani.

“Nah ini tentu dengan kemahiran teman-teman (tim medis), kita semua THT bisa, bedah plastik sangat bisa, dokter gigi mulut juga,” ungkapnya.

Langkah pembedahan, menurutnya, memerlukan evaluasi mendalam terutama terkait tingkat keparahan gangguan bicara.

“Harapannya dengan palatoplasti kita dapat menghasilkan suatu suara yang baik,” jelasnya.

Evaluasi ini penting untuk mengetahui efektivitas operasi dan kebutuhan rehabilitasi lanjutan.

Salah satu bentuk rehabilitasi penting pascaoperasi adalah terapi wicara.

“Jadi hasilnya anak nanti itu nggak ada stigma bahwa dia pernah (ada) celah bibir, dia pernah (ada) celah palatum,” tambah Dini.

Ia menekankan bahwa intervensi menyeluruh yang mencakup tindakan bedah dan terapi wicara pascaoperasi sangat berperan dalam membangun kepercayaan diri anak.

Ketika kemampuan bicara meningkat, anak akan lebih siap secara psikologis menghadapi dunia luar, baik di lingkungan sekolah maupun saat dewasa kelak.

“Biasanya umur mulai 9 bulan, kemudian 9–18 bulan kita bisa lakukan dengan pertimbangan periksa dulu ya. Karena keberhasilan sangat bergantung dengan anak tersebut,” katanya.
sumber : Budi Arista Romadhoni

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours