China dan AS Lakukan Perundingan Dagang di London

Estimated read time 2 min read

Pemerintah China dan AS (Amerika Serikat) tengah melakukan pertemuan dagang yang berlangsung pada 9-10 Juni 2025 di London, Inggris.

Delegasi China di pimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, sementara delegasi AS di pimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent. Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Pertemuan antara para pejabat tinggi dari dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini di pandang sebagai langkah penting meredakan ketegangan dagang.

Selain itu, pertemuan ini juga di nilai memberikan sinyal positif bagi perekonomian global.

Menurut peneliti khusus di Bank Sushang, China Wu Zewei, perundingan dagang antara China-AS di London di perkirakan akan meningkatkan prospek kerja sama bilateral.

Meski begitu, Wu tak menampik negosiasi di London tidak akan mudah dan memerlukan pembahasan mendalam.

Kerja sama antara China dan AS memiliki potensi besar. Ke depannya, kedua negara masih bisa meraih keuntungan bersama, membangun kemakmuran bersama, dan menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya.

Tak hanya itu, pelaku bisnis juga menyambut baik pertemuan China-Amerika Serikat ini. Perundingan di harapkan mencapai hasil yang saling menguntungkan.

“Kerja sama yang saling menguntungkan hanya bisa di capai melalui saling menghormati”. Ujar CEO Westwell Holdings (Hong Kong) Ltd, sebuah perusahaan teknologi kecerdasan buatan asal China, Yang Ming.

Adapun perundingan dagang antara China-AS berlangsung beberapa hari setelah percakapan telepon antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump.

Perundingan dagang di lakukan untuk menindaklanjuti kesepahaman kedua pemimpin serta mendorong dialog dan kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.

Perang Dagang China dan AS

Di ketahui, pada April 2025 AS memberlakukan tarif dagang tinggi terhadap China. Yang dibalas dengan langkah tegas dari China dengan juga menerapkan tarif tambahan ke Amerika Serikat. Aksi saling balas ini kemudian menjadi perang dagang.

Kenaikan tarif tersebut tidak hanya mengganggu rantai pasok global, tetapi juga berdampak negatif pada ekonomi AS, menyebabkan lonjakan biaya, penurunan konsumsi, dan meningkatnya risiko resesi.

Oleh sebab itu, untuk meredam dampak ekonomi yang mengkhawatirkan ini, dialog dan kerja sama adalah satu-satunya pilihan tepat bagi kedua negara.

China-AS di harapkan bisa memanfaatkan mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan secara maksimal.

 

SUMBER: Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours