Militer Korea Selatan (Korsel) menghentikan siaran propaganda anti-Korea Utara melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan antar-Korea. Menandai langkah konkret pertama pemerintahan liberal yang baru dalam upaya meredakan ketegangan antara dua Korea.
Kementerian Pertahanan Korsel menyatakan bahwa langkah terbaru, yang di perintahkan langsung oleh Presiden Lee Jae-myung. Merupakan bagian dari upaya untuk memulihkan kepercayaan dalam hubungan antar-Korea dan mempromosikan perdamaian di Semenanjung Korea. Demikian seperti di lansir AP.
Juru bicara Presiden Lee, Kang Yu-jung, menggambarkan keputusan ini sebagai langkah proaktif untuk mengurangi ketegangan militer. Dan meringankan beban warga Korsel yang tinggal di daerah perbatasan. Yang juga terdampak oleh siaran balasan Korea Utara melalui pengeras suara.
Tahun lalu, Korsel mengaktifkan kembali pengeras suara di garis depan untuk menyiarkan pesan-pesan propaganda dan lagu-lagu K-pop ke arah Utara. Sebagai tanggapan atas ribuan balon berisi sampah yang di terbangkan Korea Utara ke Korsel. Balon-balon itu membawa bahan-bahan seperti kertas bekas, potongan kain, puntung rokok, bahkan kotoran manusia dan hewan.
Perang Psikologis Korea Selatan dan Korea Utara
Menurut militer Korea Selatan, dari Mei hingga November tahun lalu, Korea Utara menerbangkan sekitar 7.000 balon ke arah Selatan dalam 32 peristiwa terpisah. Korea Utara menyatakan bahwa pengiriman balon-balon ini di lakukan setelah para aktivis Korsel mengirim balon berisi selebaran anti-Korea Utara. Serta USB yang berisi lagu-lagu dan drama populer Korea Selatan.
Sampah yang di bawa oleh setidaknya satu balon dari Korea Utara pernah jatuh di kompleks kepresidenan Korea Selatan pada Juli, menimbulkan kekhawatiran tentang kerentanan fasilitas-fasilitas penting di Korsel. Pejabat menyatakan bahwa balon tersebut tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak ada korban luka.
Daftar putar siaran Korea Selatan jelas di rancang untuk menyentil Pyongyang, di mana pemerintahan Kim Jong-un sedang mengintensifkan kampanye untuk menghapus pengaruh budaya pop dan bahasa Korsel di tengah masyarakatnya dalam upaya memperkuat kekuasaan dinasti keluarganya.
Perang psikologis ala Perang Dingin ini turut menambah ketegangan yang sudah dipicu oleh ambisi nuklir Korea Utara yang terus berkembang, serta upaya Korsel memperluas latihan militer bersama dengan Amerika Serikat dan memperkuat kerja sama keamanan tiga arah dengan Jepang.
SUMBER: Liputan6.com
+ There are no comments
Add yours