Penutupan Selat Hormuz Bisa Picu Inflasi Global

Estimated read time 3 min read

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas Akibat Penutupan Selat Hormuz. Yang di rencanakan Iran sebagai respons atas serangan Israel dan Amerika Serikat (AS) berpotensi memicu lonjakan tajam harga minyak dunia.

Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Nailul Huda, mengatakan penutupan Selat Hormuz jalur vital yang di lalui hampir seperempat perdagangan minyak global akan memberikan tekanan besar terhadap pasar energi dunia.

“Ketika selat hormuz di tutup, dimana hampir seperempat perdagangan minyak global melewati selat tersebut. Akibatnya, harga minyak global bisa menyentuh mendekati atau bahkan lebih dari USD100 per barel,” kata Nailul Huda kepada Liputan6.com, Senin (23/6/2025).

Bahkan kata Nailul, kenaikan harga minyak dunia sudah mulai terlihat dalam beberapa hari terakhir pasca Israel menyerang Iran di tambah saat ini Iran menutup selat hormuz.

Menurutnya, Indonesia sebagai negara net importir minyak akan langsung terkena dampak dari lonjakan harga tersebut. Menurut Huda, impor minyak yang lebih mahal akan membuat ongkos produksi BBM dalam negeri ikut melonjak.

“Harga minyak yang meningkat akan berpengaruh kepada harga produksi bahan bakar minyak dalam negeri,” ujarnya.

Maka ketika tidak ada kenaikan harga, maka subsidi akan semakin meningkat. Dana di APBN akan semakin terkuras. Fiskal Indonesia akan semakin menurun.

Penutupan Selat Hormuz Dorong Inflasi Global

Selain itu, lonjakan harga minyak juga dapat mendorong inflasi global, yang pada akhirnya memperbesar potensi terjadinya resesi ekonomi dunia.

“Ketika harga minyak global meningkat, inflasi global biasanya juga akan mengiringi. Inflasi yang tinggi ini bisa memicu resesi ekonomi global yang mana saat ini saja sudah di prediksi akan semakin turun,” ujarnya.

Dampaknya adalah perdagangan global akan semakin terbatas, permintaan produk dari negara satu ke negara lainnya juga akan berkurang, termasuk Indonesia.

“Ketika inflasi tinggi pun, bank sentral akan mengerek suku bunga-nya agar dapat mengendalikan inflasi. Akibatnya cost of investment akan semakin mahal. Perputaran ekonomi global akan terasa melambat,” ujarnya.

Industri dan Impor Terancam

Sektor industri dalam negeri pun di perkirakan akan terkena imbasnya. Kenaikan biaya impor bahan baku dan lonjakan risiko pelayaran akan menekan sektor manufaktur dan distribusi. Terutama industri yang bergantung pada barang impor seperti teknologi.

“Terlebih bagi industri-industri yang masih bergantung pada bahan baku atau bahan penolong impor. Ada potensi kenaikan biaya impor yang cukup tinggi akibat harga minyak naik dan risiko pelayaran yang juga meningkat,” jelasnya.

Namun di sisi lain, Indonesia bisa sedikit di untungkan dari sisi ekspor komoditas. Kenaikan harga minyak dunia bisa mendongkrak nilai ekspor beberapa komoditas energi Indonesia.

“Di sisi lain, Indonesia juga biasanya di untungkan juga dengan kenaikan harga komoditas minyak global ini karena ekspor komoditas Indonesia akan semakin mahal,” pungkasnya.

 

SUMBER: Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours