Pria di AS Rela Digigit Ular Ratusan Kali Demi Ciptakan Obat Penawar Bisa

Estimated read time 3 min read

Rela Digigit Ular Ratusan Kali – Membiarkan diri digigit ular berbisa mungkin terdengar seperti mimpi buruk bagi banyak orang.

Namun bagi Tim Friede, pria asal Wisconsin, Amerika Serikat (AS), hal itu justru menjadi bagian dari eksperimen pribadi yang ia lakukan selama hampir dua dekade.

Dengan penuh risiko, ia menyuntikkan dan membiarkan dirinya digigit ular demi satu tujuan: membantu ilmuwan menemukan obat penawar bisa ular yang lebih efektif dan luas manfaatnya, dikutip dari AP, Senin (12/5/2025).

Tim Friede bukan ilmuwan, bukan pula dokter. Namun keberaniannya menjadikan tubuhnya sebagai laboratorium hidup menarik perhatian dunia medis.

 

Rela Digigit Ular Ratusan Kali

Sejak belasan tahun lalu, Friede secara sadar menyuntikkan racun ular ke tubuhnya dalam dosis kecil, lalu meningkatkannya secara bertahap, hingga akhirnya membiarkan dirinya digigit langsung oleh spesies ular mematikan seperti black mamba, taipan, dan water cobra.

“Awalnya sangat menakutkan,” ujarnya, mengingat pengalaman pertamanya.

“Tapi semakin sering dilakukan, saya menjadi lebih tenang dan terbiasa.”

Meski metode ini sama sekali tidak dianjurkan oleh tenaga medis mana pun, apa yang dilakukan Friede ternyata sejalan dengan cara kerja sistem kekebalan tubuh. Ketika terpapar racun dalam dosis kecil dan berulang, tubuh akan membentuk antibodi yang mampu melawan racun tersebut.

Hal inilah yang kemudian membuat darah Friede menjadi sangat berharga.

 

Darahnya Jadi Bahan Penelitian

Darahnya Jadi Bahan Penelitian
Darahnya Jadi Bahan Penelitian

 

Kini, ilmuwan di Centivax, sebuah laboratorium bioteknologi di California, tengah meneliti darah Friede untuk mengembangkan antivenom universal. Menurut Peter Kwong dari Columbia University, antibodi yang ditemukan dalam darah Friede sangat unik dan terbentuk selama 18 tahun paparan racun.

“Kami memiliki individu luar biasa dengan antibodi yang menakjubkan,” ujar Kwong.

Dalam studi yang baru saja diterbitkan di jurnal Cell, tim peneliti berhasil mengisolasi dua antibodi yang mampu menetralkan racun dari berbagai jenis ular, khususnya dari kelompok mamba dan kobra. Meski masih dalam tahap awal dan baru diuji pada tikus, hasilnya memberi harapan baru untuk menciptakan antivenom yang tidak bergantung pada darah hewan seperti kuda, yang selama ini digunakan secara konvensional.

Saat ini, pembuatan antivenom masih tergolong mahal, rumit, dan seringkali terbatas pada spesies ular tertentu. Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 110.000 orang meninggal akibat gigitan ular setiap tahunnya, terutama di negara berkembang.

Namun, perjuangan Friede bukan tanpa konsekuensi. Ia pernah mengalami luka parah hingga harus mengamputasi sebagian jarinya.

Gigitan ular kobra bahkan sempat membawanya ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Kini, ia bekerja di Centivax, perusahaan yang membiayai riset dan pengembangan antivenom dari darahnya.

Meski bangga bahwa upaya nekatnya bisa membawa dampak besar bagi dunia kesehatan, Friede punya satu pesan penting: “Jangan coba-coba melakukan ini,” tegasnya.

 

Credit : Liputan6.com

Anda Mungkin Juga Menyukainya

Lebih Banyak Dari Penulis

+ There are no comments

Add yours